Wednesday, April 5, 2017

KH. MUSTHOFA BAKRI ( Tokoh Cerminan Belajar )

Seorang tokoh sekaligus sesepuh Pekalongan , KH. Musthofa Bakri, dilahirkan di Pekalongan, tanggal 9 Desember 1930 M. Bertepatan dengan  di adakannya  Muktamar Jam'iyyah Nahdlatul Ulama' di Kota Pekalongan .
Bakri, nama yang terletak dibelakang nama asli beliau merupakan singkatan dari B yang berarti Bin , A adalah Abdul Qodir (Ayah beliau) , dan K adalah Kerto (Kakek beliau). Sedangkan Ri merupakan singkatan dari nama ibunya , Hj. 'Umriyyah yang asli orang desa Jenggot Pekalongan Selatan.

PERISTIWA 3 OKTOBER 1945

Beliau belajar di sekolah rakyat (setingkat SD) pada waktu penjajahan Jepang . Tetapi beliau tidak menamatkan sekolahnya . Hanya sampai kelas 2 karena disuruh berhenti oleh ayahanda beliau yang khawatir dengan pengaruh Jepang. Pada saat penjajahan Jepang itu , anak pribumi yang sudah berusia minimal 15 tahun diharuskan wajib militer. Tetapi beliau memilih jalannya sendiri untuk masuk Hizbulloh yang pada waktu dikomandani oleh Pak Condro .
Berbeda dengan zaman sekarang , anak usia 15 tahun masih manja . Disuruh ngaji malah nonton TV. Kalau zaman dulu belum ada TV , yang menjadikan daya hafal orang-orang dulu kuat. Apalagi TV , listrikpun belum ada pada saat itu. Pada masanya, hanya diantara daerah Pringlangu sampai Banyurip saja yang sudah ada listrik . Berbeda dengan sekarang , yang gemerlapnya bisa dirasakan setiap malam.

Ketika merebut kemerdekaan , pada tanggal 3 Oktober 1945 , rakyat Pekalongan menyerbu markas Jepang yang berada di sebelah Masjid Syuhada' (Monumen) Pekalongan, dibawah komando Kyai Syafi'i Abdul Majid dan Kyai Akrom Hasani. Rakyat Pekalongan memakai bambu runcing . Sedangkan musuh sudah menggunakan senapan mesin dan meriam. Namun , hal itu tak membuat surut semangat rakyat Pekalongan . Hanya satu kata dalam keyakinan mereka , Merdeka .

PENDIDIKAN BELIAU

Beliau belajar Al-Qur'an langsung dari Kyai Syafi'I Abdul Majid dan juga menambah pengetahuan umumnya di SLTP. Kemudian , melanjutkan ke Pesantren pada tahun 1948 - 1953. Pada tahun 1953 itulah beliau boyong , disuruh pulang oleh orang tuanya untuk dinikahkan dengan Hj. Nasi'ah.
KH. Khudlori Tobri adalah teman beliau sewaktu mondok di Kaliwungu. Ketika KH. Khudlori masuk itulah , bertepatan dengan tahun dimana beliau boyong .

Beliau juga merupakan seorang aktifis organisasi , khususnya organisasi dibawah naungan Nahdlatul Ulama' . Terbukti , dulu aktif di GP. Anshor dan sekarang menjadi Ro'is Suryah PCNU Kota Pekalongan 2 periode , yang berakhir pada tahun 2012. Dari progam PCNU Kota Pekalongan , beliau telah berhasil membangun Gedung Aswaja. Gedung Aswaja ini , dilengkapi dengan ruangan kantor NU beserta banom-banomnya, lapangan tenis, kantor BMT yang menambah investasi. Tak ketinggalan pula , beliau mengadakan diklat-diklat untuk pengkaderan yang dilaksanakan setiap satu tahun dua kali.
Beliau juga mengatakan , rapat NU yang diadakan di ranting atau dimanapun , mestinya harus ada Suryah dan Tanfidziyah ( Ro'is, Katib , Bendahara ) . Beliau sedih ketika waktu rapat , pengurus tersebut tidak hadir. Beliau juga mengatakan bahwa NU akan selalu hidup jika ada Bahtsul Masa'il.

Hobi beliau sendiri adalah membaca buku dan karya tulis dari cendekiawan atau Ulama' Muslim . Beliau teringat ketika zaman Jepang dulu , bahwa kertas yang dipakai itu memakai merang (tangkai padi). Setelah menulis , catatan itu akan dihafal dan kemudian dihapus , untuk mencatatan pelajaran yang lain.

Diakhir wawancara , beliau berpesan :
" Apapun yang diberikan Madrasah , tekunilah. Jangan menengok kebelakang dan resapi serta pahamilah ilmu yang didapatkan . Serta , kuasailah pengetahuan sebanyak-banyaknya . "

(Data search Team : Ahmad Sofyan Hadi , Muhammad Daris Fithon , Faidlurrohman , Samsul Ariski)
Sumber : Buletin ATSAR MAS Simbangkulon edisi 19 / 2011.

No comments:

Post a Comment