Seorang tokoh
sekaligus sesepuh Pekalongan , KH. Musthofa Bakri, dilahirkan di Pekalongan,
tanggal 9 Desember 1930 M. Bertepatan dengan
di adakannya Muktamar Jam'iyyah
Nahdlatul Ulama' di Kota Pekalongan .
Bakri, nama yang
terletak dibelakang nama asli beliau merupakan singkatan dari B yang berarti
Bin , A adalah Abdul Qodir (Ayah beliau) , dan K adalah Kerto (Kakek beliau).
Sedangkan Ri merupakan singkatan dari nama ibunya , Hj. 'Umriyyah yang asli
orang desa Jenggot Pekalongan Selatan.
PERISTIWA 3 OKTOBER
1945
Beliau belajar di
sekolah rakyat (setingkat SD) pada waktu penjajahan Jepang . Tetapi beliau
tidak menamatkan sekolahnya . Hanya sampai kelas 2 karena disuruh berhenti oleh
ayahanda beliau yang khawatir dengan pengaruh Jepang. Pada saat penjajahan
Jepang itu , anak pribumi yang sudah berusia minimal 15 tahun diharuskan wajib
militer. Tetapi beliau memilih jalannya sendiri untuk masuk Hizbulloh yang pada
waktu dikomandani oleh Pak Condro .
Berbeda dengan
zaman sekarang , anak usia 15 tahun masih manja . Disuruh ngaji malah nonton
TV. Kalau zaman dulu belum ada TV , yang menjadikan daya hafal orang-orang dulu
kuat. Apalagi TV , listrikpun belum ada pada saat itu. Pada masanya, hanya
diantara daerah Pringlangu sampai Banyurip saja yang sudah ada listrik .
Berbeda dengan sekarang , yang gemerlapnya bisa dirasakan setiap malam.
Ketika merebut
kemerdekaan , pada tanggal 3 Oktober 1945 , rakyat Pekalongan menyerbu markas
Jepang yang berada di sebelah Masjid Syuhada' (Monumen) Pekalongan, dibawah
komando Kyai Syafi'i Abdul Majid dan Kyai Akrom Hasani. Rakyat Pekalongan
memakai bambu runcing . Sedangkan musuh sudah menggunakan senapan mesin dan
meriam. Namun , hal itu tak membuat surut semangat rakyat Pekalongan . Hanya
satu kata dalam keyakinan mereka , Merdeka .
PENDIDIKAN BELIAU
Beliau belajar
Al-Qur'an langsung dari Kyai Syafi'I Abdul Majid dan juga menambah pengetahuan
umumnya di SLTP. Kemudian , melanjutkan ke Pesantren pada tahun 1948 - 1953.
Pada tahun 1953 itulah beliau boyong , disuruh pulang oleh orang tuanya untuk
dinikahkan dengan Hj. Nasi'ah.
KH. Khudlori Tobri
adalah teman beliau sewaktu mondok di Kaliwungu. Ketika KH. Khudlori masuk
itulah , bertepatan dengan tahun dimana beliau boyong .
Beliau juga
merupakan seorang aktifis organisasi , khususnya organisasi dibawah naungan
Nahdlatul Ulama' . Terbukti , dulu aktif di GP. Anshor dan sekarang menjadi
Ro'is Suryah PCNU Kota Pekalongan 2 periode , yang berakhir pada tahun 2012.
Dari progam PCNU Kota Pekalongan , beliau telah berhasil membangun Gedung
Aswaja. Gedung Aswaja ini , dilengkapi dengan ruangan kantor NU beserta
banom-banomnya, lapangan tenis, kantor BMT yang menambah investasi. Tak
ketinggalan pula , beliau mengadakan diklat-diklat untuk pengkaderan yang
dilaksanakan setiap satu tahun dua kali.
Beliau juga
mengatakan , rapat NU yang diadakan di ranting atau dimanapun , mestinya harus
ada Suryah dan Tanfidziyah ( Ro'is, Katib , Bendahara ) . Beliau sedih ketika
waktu rapat , pengurus tersebut tidak hadir. Beliau juga mengatakan bahwa NU akan
selalu hidup jika ada Bahtsul Masa'il.
Hobi beliau
sendiri adalah membaca buku dan karya tulis dari cendekiawan atau Ulama' Muslim
. Beliau teringat ketika zaman Jepang dulu , bahwa kertas yang dipakai itu
memakai merang (tangkai padi). Setelah menulis , catatan itu akan dihafal dan
kemudian dihapus , untuk mencatatan pelajaran yang lain.
Diakhir wawancara
, beliau berpesan :
" Apapun yang
diberikan Madrasah , tekunilah. Jangan menengok kebelakang dan resapi serta
pahamilah ilmu yang didapatkan . Serta , kuasailah pengetahuan
sebanyak-banyaknya . "
(Data search Team
: Ahmad Sofyan Hadi , Muhammad Daris Fithon , Faidlurrohman , Samsul Ariski)
Sumber : Buletin
ATSAR MAS Simbangkulon edisi 19 / 2011.
No comments:
Post a Comment