" Peninggalan
sejarah merupakan benda-benda budaya manusia dari masa yang telah lampau.
Peninggalan sejarah merupakan aset yang sangat penting bagi bangsa . "
Dan tahukah kalian
sejarah kota kita tercinta ini , yaitu kota Pekalongan , peninggalannya dan
kisah-kisah perjuangan masyarakat Pekalongan , khusunya pemuda saat itu dalam
usahanya membebaskan diri dari ikatan dan cengkraman penjajah ?
Berbagai kejadian
penting , serta peristiwa bersejarah telah dialami . Korban jiwa raga dan harta
tidak lagi ternilai harganya. Ini semua adalah risiko dan revolusi suatu bangsa
yang ingin merdeka.
Kita sebagai
rakyat Pekalongan , seharusnya mengetahui dan mengerti bagaimana ,apa dan
seberapa besar darma bakti para pendahulu , generasi pelopor dalam mencapai
cita-cita bangsanya yang luhur dan mulia .
Banyak hari-hari
bersejarah yang selalu kita peringati pada saat terntentu . Kapan dan bulan apa
saja ? Hari ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia , Hari
Pahlawan , Hari Sumpah Pemuda, Hari Ibu , Hari Kartini dan masih banyak lagi
kan ? Yang penting kita harus mengerti , mengapa semua itu diperingati , apa
latarbelakangnya ? Agar kita bisa mengambil makna besar .
Tetapi kejadian
yang paling bersejarah bagi kota ini adalah peristiwa 3 Oktober 1945 .
Bagaimana para pemuda yang sudah haus akan kebebasan , bersama-sama dan dengan
tujuan yang sama menyerbu tentara Jepang . Tentu saja , kesemuanya terukir dari
hal-hal tersebut diatas ialah nilai-nilai perjuangan yang luhur . Sekarang ,
marilah kita pelajari bersama peristiwa 3 Oktober yang bersejarah tersebut.
3 Oktober 1945,
Ada apa gerangan ?
3 Oktober 1945
merupakan hari bersejarah bagi kota Pekalongan . Kejadian bermula saat di
karisedenan Pekalongan di bentuk Komite Nasional Indonesia Daerah , sebagai
badan eksekutif untuk membantu kepala daerah . KNI (Komite Nasional Indonesia)
untuk karisedenan Pekalongan sendiri terbentuk pada tanggal 28 Agustus 1945 ,
yang diketuai oleh Dr. Sumbadji.
Residen Pekalongan
waktu itu dijabat oleh Mr. Besar . Pemerintahan pusat biasanya mengangkat Fuku
Syuchokan yang dalam bahas Indonesianya berarti Wakil Residen . Jabatan residen
ini merupakan jabatan fungsionaris tertinggi yang semula hanya dipegang oleh
orang Jepang saja. Pengangkatan Mr. Besar sebagai Residen yaitu pada tanggal 23
September 1945 .
Perundingan
Pengambilalihan Kekuasaan
Gerakan
pengambilan kekuasaan di beberpa daerah dimulai. Bahkan di Purwoketo , tentara
Jepang sudah menyerahkan kekuasaannya kepada Residen Banyumas. Sedangkan di
Pekalongan sendiri baru disepakati bahwa pengambilan kekuasaan dengan cara
perundingan akan segera dilaksankan. Dr.
Sumbadji menjadi utusan untuk menghadap Syuchokan Tokokami , untuk menentukan
kapan dan dimanakah akan diadakan perundingan dengan tokoh-tokoh masyarakat .
Akibat situasi
yang memanas di Pekalongan dan agar tidak terjadi insiden yang tidak diinginkan
, akhirnya pihak Jepang mau berunding dengan pihak tokoh masyarakat di
Pekalongan . Perundingan dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 1945 pukul 10.00
bertempat di Kantor Karisedenan Pekalongan. Namun perundingan tersebut ditunda
oleh pihak Jepang . Rakyatpun makin marah . Akhirnya , perundingan kembali
dilanjutkan pada tanggal 3 Oktober 1945 , juga pada pukul 10.00 pagi , di
Markas Kempetai (sekarang Masjid Syuhada').
Dalam perundingan
tersebut , masyarakat Pekalongan meminta tiga tuntutan :
1. Pemindahan
kekuasan dan pemerintahan Jepang kepada pihak Indonesia agar dilaksanakan
dengan damai dan secepatnya.
2. Menyerahkan
semua senjata yang ada ditangan Jepang.
3. Meminta jaminan
kepada pihak Jepang bahwa mereka akan dilindungi .
Perundingan
berlangsung lama , masyarakat yang saat itu menyaksikan serta memberi dukungan dan semangat kepada pihak
Indonesia, sudah tidak sabar ingin mengusir Jepang dari Pekalongan. Dukungan
masyarakat inilah yang mencerminkan manifestasi rasa kebanggaan dan
patriotismenya dengan mendatangi tempat perundingan, yaitu markas Kempetei yang
selama ini dianggap sebagai lambang kekejaman tentara Jepang di Pekalongan .
Saat itulah masa yang sudah tidak sabar menyerbu markas tempat berlangsungnya
perundingan tersebut , baik tua maupun muda , laki-laki dan perempuan , yang
datang tidak hanya dari dalam kota saja . Namun juga dari daerah Buaran dan
Comal . Sekonyong-konyong terdengar suara letusan senjata api dan teriakan
untuk menyerbu tentara Jepang . Suasana menjadi kacau .
Penurunan Bendera
Nippon
Dua orang pemuda ,
Rahayu dan Bismo dengan berani menurunkan bendera Jepang dan menggantinya
dengan menancapkan Merah Putih diatas atap markas Kempeitai. Tindakan itu
dilakukan lantaran saat perundingan mengenai pengambilan kekuasaan di
Pekalongan , sama sekali tidak membuahkan hasil . Setelah penurunan dan
penyobekan bendera Jepang , pertempuran antara para pejuang dan tentara
Jepangpun tak terelakkan .
Para pejuang di
daerah itu , yang sebagian besar merupakan pemuda setempat langsung menyerbu
markas Jepang dengan senjata seadanya . Mereka berusaha merebut dan merampas
senjata penjajah . Sebaliknya , tentara Jepang dengan senjata yang cukup
lengkap , membalasnya dengan tembakan dan bom untuk melumpuhkan para pejuang .
Dari pertempuran yang terjadi pada tanggal 3 Oktober 1945 , sebanyak 37 pemuda
Pekalongan gugur. Sedangkan 12 lainnya mengalami cacat fisik . Pejuang yang
gugur di medan perang , esoknya dimakamkan di Kampung Panjang , yang sekarang
dijadikan makam pahlawan " Prawiro Rekso Negoro ".
Pada tanggal 7
Oktober 1945 , akhirnya tentara Jepang meninggalkan Pekalongan untuk bertolak
ke Purwokerto. Tindakan itu dilakukan karena mendapat instruksi pemimpin Jepang
di Jakarta supaya meninggalkan Pekalongan . Sejak saat itulah Jepang sudah
menyerahkan kekuasaannya kepada rakyat Pekalongan dan masyarakatpun
menyambutnya dengan suka cita.
***
Seperti itulah
sekilas peristiwa heroik 3 Oktober 1945 di Pekalongan . Pun demikian , dengan
untaian bunga mawar dan melati yang semerbak harum mewangi , melambangkan
keharuman jiwa yang luhur . Semerbak bunga Bangsa , yang telah gugur dalam
membela dan mempertahankan Ibu Pertiwi , selalu tercium di seantero persada
tercinta . Tetesan darah yang membasahi bumi Nusantara , merupakan suatu bukti
pengorbanan yang mulia. Merupakan suatu saksi dan prestasi yang nyata . Dan
akan terus terukir dalam lembaran sejarah .
Coba renungkan
kembali ... Pengibaran bendera oleh Rahayu dan Bismo merupakan simbol semangat
Nasionalisme yang berkobar dari jiwa muda , mempertahankan idealisme tanpa
gentar menghadapi risiko yang akan diterima .
Dalam hal ini ada
kejadian yang menarik perhatian kita , yaitu adanya pengibaran Bendera Merah
Putih diatap markas Kempeitai yang dilakukan oleh kedua pemuda tersebut . Apa
sesungguhnya yang mendorong timbulnya peristiwa pengibaran bendera tersebut ?
Keberanian mereka
patu dicatat sejarah. Karena semangat juang yang pantang menyerah , akhirnya
membuahkan hasil juga . Penjajah menjadi kualahan dan payah mengahadapinya.
Itulah yang
sepatutnya kita contoh. Bangsa kita tidak mau dijajah , Bangsa kita tidak mau
diatur dan diperintah terus menerus . Bangsa kita haus akan kemerdekaan yang
haqiqi . Bukankah kemerdekaan adalah hak segala bangsa ?
Usaha menghargai
jasa pahlawannya, oleh masyarakat di buatlah monumen sebagai tanda kebesaran
perjuangan rakyat mengambil alih kekuasaan dari tangan Jepang di Pekalongan .
Monumen perjuangan 3 Oktober 1945 , semula didirikan dihalaman bekas markas
Kempeitai dan masuk dalam situs sejarah. Namun karena beberapa faktor , monumen
dipindahkan di sebrangnya , sebelah THR . Sedangkan Lokasi gedung pemuda dan
monumen perjuangan 45' dan situs sejarah berupa markas kempeitai sekarang sudah
menjadi masjid yang cukup megah , yang diberi nama Masjid Syuhada' .
Terakhir , marilah
kita bersama-sama membangun jiwa raga dan negara Indonesia tercinta dengan
penuh semangat . Maju terus pantang mundur dalam membela keadilan dan kebenaran
. Bukankah pepatah mengatakan " Beranilah karena benar , takutlah karena
salah " . Melangkah bersama menuju cita-cita menjunjung martabat bangsa
dan negara tercinta .
Sumber : Wawancara
dengan Bapak Suhardi (Pasi Min Kodim Manunggal 710 Pekalongan) dan ditambahkan
dari berbagai sumber.